Bukan Cuma sekali tapi berkali-kali hal ini terjadi, sebagai seorang dokter yang (berusaha) baik saya dan teman sejawat yang berstatus dokter internship di RSUD Malingping pingin kasih yang terbaik buat pasien, namun sering kali terhalang oleh keadaan baik dari pihak pasien sendiri, pihak rumah sakit, dari oknum yang mengaku sejawat. Keterbatasan ekonomi dan pengetahuan yang paling sering menjadi kendala dalam hal memberikan pelayanan terbaik, dari sudut pandang masyarakat awam sering dibahas dalam media-media bahwa rumah sakit dan tenaga kesehatan (termasuk dokter) saat ini tak lagi bermaksud mengabdi tapi business or even money oriented.
Mungkin tuduhan tersebut bisa jadi benar adanya pada beberapa individu, namun bagi kami dokter internship..its a big despicable accusation..we’ve got nothing here,,I mean money or any other material from this hospital. Baru sadar dan dapat melihat maksud baik pemerintah yang mewajibkan kami para dokter yang baru lulus, which is masih fresh from the oven dan yang lidahnya belum kering pasca mengucap sumpah dokter, untuk internship wajib dengan maksud pengabdian masyarakat meskipun mendapat sedikit belas kasihan kementrian kesehatan yang diharap semoga cukup untuk hidup sehari-hari (itu pun selalu di rapel paling cepet per 3 bulan..). Yep, menurut saya pribadi sebagian besar dari kami masih idealis, belum tersentuh kotornya medan pekerjaan apalagi terkena efek politisasi. Menerapkan ilmu yang masih segar kepada pasien agar mendapat output terbaik yang bisa diharapkan.
Di sisi lain pemerintah juga masih memiliki kelemahan yaitu sistem jaminan kesehatan masyarakat (semoga ada orang kepemerintahan yang baca). Bener-bener gak bisa berbuat banyak saat pasien kami menolak anjutan treatment karena masalah biaya,,sering kami menganjurkan untuk dirujuk ke rumah sakit dengan fasilitas lebih memadai dan tenaga dokter spesialis yang mumpuni namun yang terjadi justru bukan hanya penolakan rujuk tapi juga disertai permintaan pulang paksa. Mereka umumnya berpikir bahwa rumah sakit kami ini sudah tidak bisa menolong lagi dan harapan keluarga mereka untuk sembuh kecil, jadi mereka lebih memilih pasrah, menyetop semua tindakan usaha pengobatan yang otomatis menyetop pengeluaran untuk berobat serta mulai mempersiapkan uang untuk tahlilan. Sungguh tak habis pikir bisa-bisanya masyarakat di Malingping ini mementingkan tahlilan (prosesi pemakaman besar-besaran dan berhari-hari) sampai rela pinjam uang sana-sini,,ketimbang uangnya dipakai untuk melanjutkan usaha pengobatan.
Pernah juga saya menganjurkan untuk tetap menjalani perawatan sementara keluarga mengurus jamkesmas,,kembali lagi karena terbatasnya pendidikan mereka juga malas da merasa ribet mengurusnya (jadi harus bagaimana lagi membantunya..?? apa tunggu dompet saya terisi penuh dulu kali ya??).
Oke cukup sekian halangan dan rintangan dari sisi pasien. Berikutnya dari sisi rumah sakit, kalo menurut kemenkes yang layak dijadikan wahana internship itu adalah rumah sakit tipe C yaitu rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokeran spesialis terbatas. Rumah sakit ini didirikan disetiap ibukota Kabupaten (Regency hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari puskesmas. Pada kenyataannya adalah wahana tempat saya internship tak layak mendapat status tipe C. Judulnya memang rumah sakit provinsi, tanpa tenaga spesialis, tanpa laboratorium yang memadai (3 minggu ini aja gak bisa periksa darah rutin..!! boro-boro AGD, elektrolit dll), tanpa alat canggih (gak ada syringe pump, EKG ada tapi gada kertasnya T~T,,), tanpa obat-obat emergensi yang lengkap (gada diazepam intrarectal tapi ada depakene..), gabisa tes mantoux, gada vitamin A buat campak,,,serta tanpa-tanpa lainnya..So..?? apakah pantas to got the type c hospital status? Nothing can do here if we ain't creative.
Meskipun tak sesuai requirementnya tapi kami masih dapat bersyukur, sedikit banyak kami mulai mengasah skill kami dalam anamnesis (wawancara medis) dan pemeriksaan fisik dalam menegakkan diagnosis. Dan karena status semua dokter disini sama yaitu general practicioner jadi kami inependen untuk membuat rencana penatalaksanaan tiap pasien.
...Baca selengkapnya When Ikka Think: Mei 2011